Rabu, 18 November 2015

Artikel Skripsi

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE MELALUI SAT (SMARTPHONE ASSISTED TEST) MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR SMP KELAS VIII
Muhammad Iqbal Syahputra
Pendidikan Matematika,FPMIPATI, Universitas PGRI semarang, Jl. Sidodadi Timur No. 24 -Dr. Cipto Semarang-Indonesia, pos 50125, Email : iqbal_xia3_24@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan alat evaluasi berupa tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) yang valid digunakan sebagai bahanpenilaian dan efektif digunakan dalam proses evaluasi pembelajaran. Penelitian pengembangan ini menggunakan model pengembangan ADDIE yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VIII SMP N 1 Pecangaan Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2014/2015. Dengan teknik “Purposive Random Sampling” Kelas VIII E dan VIII F sebagai kelas eksperimen, kelas VIII G sebagai kelas Kontrol, kelas VIII B sebagai kelas uji coba A, dan VIII D sebagai kelas uji coba B. Selanjutnya akan dilakukan validasi ahli dan uji coba lapangan terbatas. Pada review ahli materi mendapat penilaian 77% dalam kriteria baik serta review ahli media mendapat sangat baik dalam persentase 94%. Dari beberapa angket siswa dan guru diperoleh 86% dari siswa dan 96% dari guru, dengan kriteria sangat baik. Dari uji t satu pihak menunjukan thitung > ttabel yaitu 7,0315 > 1,8405, yang berarti prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada prestasi belajar siswa kelas kontrol. Kemudian rata-rata nilai kelas eksperimen 83,13 lebih baik dari rata-rata nilai kelas kontrol 60,73. Pada kelas eksperimen pemahaman siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar. Selanjutnya telah diperoleh dari uji ketuntasan, kelas eksperimen mencapai tuntas individu dan klasikal sehingga dapat disimpulkan bahwa alat evaluasi berupa tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) materi Bangun Ruang Sisi Datar SMP Kelas VIII valid dan efektif digunakan dalam proses evaluasi pembelajaran.

Kata kunci : Pengembangan, alat evaluasi, SAT,tesdiagnostictwo-tier multiple choice, bangun ruang sisi datar.

Pendahuluan
Dalam peraturan menteri pendidikan Nasional RI Nomor 45 tahun 2006 tentang ujian nasional (UN), pada pasal 3 menjelaskan bahwa UN bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran utama di sekolah yang diikutsertakan dalam UN (Ujian Nasional). Pada laporan hasil Ujian Nasional Matematika tingkat SMP tahun pelajaran 2013/2014, persentase daya serap materi Bangun Ruang Sisi Datar di tingkat Propinsi sebesar 46,68%, dimana masih dibawah tingkat nasional yaitu 55,86% (Puspendik, 2014). Pemahaman materi matematika terdapat pada kemampuan mencermati konsep yang diterapkan karena kesulitan yang dialami peserta didik dalam belajar matematika dan rendahnya hasil yang diperoleh dapat disebabkan karena kemampuan peserta didik. Oleh karena itu diperlukan alat evaluasi yang mampu mengukur pemahaman peserta didik serta dapat mengetahui pengaruh pemahaman peserta didik terhadap prestasi belajar peserta didik. Sehingga dapat dilakukan diagnosis terhadap konsep yang telah diterima siswa pada materi Bangun Ruang Sisi Datar.
Ketika pembelajaran, guru jarang mengolah dan menganalisis hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar peserta didik (Edy Surya, 2013: 83). Oleh karena itu perlu adanya alat evaluasi dimana secara teknis mampu mengukur dan mengetahui tingkat pemahaman peserta didik untuk memberi informasi atas kesalahan konsep (miskonsepsi) yang telah diterima oleh peserta didik melalui tes. Selanjutnya suatu saat peserta didik mampu mengantisipasi soal-soal tertentu yang terdapat kesukaran serta miskonsepsi dalam proses pengerjaannya. Dalam hal ini perlu adanya alat evaluasi yang mampu mengungkapkan miskonsepsi pada diri peserta didik. Tes diagnostik berfungsi untuk menentukan kesulitan belajar yang sering muncul (Ngalim, 2012: 31). Untuk mengembangkan tes diagnostik yang berbentuk the two-tier diagnostic tests perlu melakukan pengamatan kepada para peserta didik untuk mengungkap miskonsepsi yang ada pada diri peserta didik. Kemanjuran instrumen diagnostik memberi peran yang signifikan, ketepatan, serta berkontribusi dalam mengevaluasi pengetahuan peserta didik (Chandrasegaran et al, 2007: 304).
Para pengembang software tes terutama software untuk keperluan tes diagnostik, perlu dikembangkan lagi tes-tes diagnostik yang lebih luas seperti tes diagnostik pembelajaran biologi atau tes diagnostik untuk bidang studi yang lain (Suwarto dan Afif, 2011: 154). Oleh karena itu pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice perlu dilakukan pada pelajaran matematika khususnya materi bangun ruang sisi datar. Software atau aplikasi sebagai alat evaluasi yang berupa tes pilihan ganda sangat banyak sekali dikembangkan dengan berbagai media, salah satunya tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sekarang telah menggunakan sistem CAT (Computer Assisted Test). Kemudian penulis akan mengembangkan tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) yang menyerupai sistem CAT (Computer Assisted Test).
Dari berbagai permasalahan di atas, belum ada tes diagnostik yang bisa digunakan secara praktis di sekolah untuk mengidentifikasi pemahaman peserta didik pada materi bangun ruang sisi datar. Sehingga perlu dikembangkan tes diagnostik yang praktis dan dapat digunakan dalam proses evaluasi secara mudah dan cepat. Pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice yang disajikan dalam bentuk SAT (Smartphone Assisted Test) yaitu tes berbantu smartphone sangatlah dibutuhkan karena praktis dengan memandang pengguna smartphone telah meluas dari kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa di kehidupan sehari-hari. Sebagian besar pengusaha muda di kota Bandung sudah merasakan betul manfaat dari smartphone dalam mendukung aktivitas bisnisnya, dan hal yang paling penting bahwa smartphone juga memiliki desain yang sangat user friendly sehingga memudahkan para penggunanya (Firdaus, 2013: 321)
Berdasarkan beberapa paparan diatas, terdapat beberapa permasalahan, yaitu belum ada tes diagnostik yang bisa digunakan secara praktis di sekolah untuk mengidentifikasi pemahaman peserta didik pada materi bangun ruang sisi datar dan belum ada tes diagnostik yang praktis dan dapat digunakan dalam proses evaluasi secara mudah dan cepat
.Oleh sebab itu, untuk membantu memudahkan guru dalam melaksanakan evaluasi belajar siswa dan memberikan transparansi penilaian pada siswa saat melakukan tes perlu adanya alat penilaian berbasis media yaitu dengan smartphone.
Rumusan masalah : 1) Bagaimanakah pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) materi bangun ruang sisi datar SMP kelas VIII mencapai valid? 2) Apakah tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) materi bangun ruang sisi datar SMP kelas VIII efektif digunakan dalam penilaian proses belajar? 3) Apakah pemahaman peserta didik pada materi bangun ruang sisi datar SMP kelas VIII berpengaruh terhadap prestasi belajar dengan tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test)?
Tujuan Penelitian : 1) Mengetahui pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) materi bangun ruang sisi datar SMP kelas VIII valid. 2) Mengetahui tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) materi bangun ruang sisi datar SMP kelas VIII efektif digunakan. 3) Mengetahui pengaruh pemahaman peserta didik terhadap prestasi belajar dengan tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test).

Metode
Populasi yang diambil adalah siswa kelas VIII semester II SMP N 1 Pecangaan tahun 2014/2015. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive Random Sampling. Sampel terdiri dari dua kelas sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas VIII E dan VIII F dan satu kelas sebagai kelas kontrol, yaitu kelas VIII G sedangkan untuk kelas uji coba adalah kelas VIII B dan VIII D.
Dalam penelitian, untuk memperoleh data yang akurat diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang memadai. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu a) teknik tes, b) teknik dokumentasi, c) angket.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah berupa tes dan angket. Tes diberikan kepada kedua kelas dengan alat tes yang sama dan hasil pengolahan data yang digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Sedangkan instrumen angket digunakan untuk mengumpulkan data penilaian terhadap alat penilaian ini digunakan rating scale. Sebelum diujikan kepada sampel maka soal tersebut harus diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kriteria validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Uji hipotesis meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan dua rata-rata dengan uji t satu pihak kanan, uji rata-rata dengan uji t satu pihak kanan, uji regresi, dan uji ketuntasan belajar.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Validasi Ahli
Tahap validasi ahli media bertujuan untuk mengetahui kelayakan pembuatan produk “alat evaluasi tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Melalui SAT (Smartphone Assisted Test) Materi Bangun Ruang Sisi Datar SMP Kelas VIII”. Pada tahap ini, tiga validator dipilih sebagai validator ahli media. Tiga validator ahli media tersebut terdiri dari satu dosen Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang, satu dosen Pendidikan Teknologi Informasi, dan satu guru TIK SMA N 1 Pecangaan. Produk pengembangan diserahkan kepada ketiga validator. Dari ketiga validator tersebut memberikan nilai terhadap aspek umum (70% sangat baik dan 70% baik), aspek rekayasa perangkat lunak (50% sangat baik dan 50% baik), aspek komunikasi visual dan bahasa (79,17% sangat baik dan 20,83% baik) dan aspek kriteria tambahan (78,24% sangat baik dan 21,76 baik). Aspek penilaian secara menyeluruh diperoleh penilaian 94% yang termasuk dalam kualifikasi sangat baik, karena berada pada rentang 81% - 100%. Menurut ketiga validator alat penilaian ini efektif dan efisien, sehingga alat evaluasi SAT (Smartphone Assisted Test) ini layak digunakan dalam penilaian matematika.
Tahap validasi materi bertujuan untuk melihat sejauh mana materi yang ada pada media tersebut.“ alat evaluasi tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Melalui SAT (Smartphone Assisted Test) Materi Bangun Ruang Sisi Datar SMP Kelas VIII”. Pada tahap ini, 3 validator dipilih sebagai validator ahli materi. 3 validator Ahli materi tersebut terdiri dari 1 dosen Universitas PGRI Semarang dan 2 guru SMP N 1 Jepara. Print out soal penilaian diserahkan kepada ketiga validator. Dari ketiga validator tersebut memberikan nilai terhadap aspek umum (79,17%), aspek substansi soal (81,26%), dan aspek desain alat evaluasi (68,75%). Aspek penilaian secara menyeluruh diperoleh penilaian 77% yang termasuk dalam kualifikasi baik, karena berada pada rentang 61% - 80%. Menurut ketiga validator materi dalam alat penilaian ini sesuai dengan kompetensi dan kemampuan siswa, sehingga alat evaluasi tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice ini layak digunakan dalam penilaian matematika.

Hasil Data Awal
Pada analisis tahap awal sesuai dengan analisis data, pada uji normalitas kelas eksperimen didapat nilai Lhitung = 0,1028. Data dikonsultasikan dengan kriteria pengujian dengan α = 5%, n= 68 didapatkan nilai Ltabel = 0,1074 Ternyata nilai Lhitung kelas eksperimen < dari nilai Ltabel maka H0 diterima, dan pada kelas kontrol nilai Lhitung = 0,1188. Data dikonsultasikan dengan kriteria pengujian dengan α = 5%, n = 34 didapatkan nilai Ltabel = 0,1519. Ternyata diperoleh data dari nilai Lhitung kelas kontrol < dari nilai Ltabel maka H0 diterima, jadi kesimpulannya kedua kelas berdistribusi normal. Selanjutnya pada pengujian homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol didapatkan nilai = 0,14 dan untuk ( = 5% dengan dk = 1 didapat= 3,84. Karena (0,14) <(3,84), sehingga jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa pada uji analisis data awal dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol mempunyai kelas yang normal dan homogen.

Hasil Data Akhir
Pada analisis tahap akhir sesuai dengan analisis data, pada uji normalitas kelas eksperimen didapat nilai Lhitung = 0,1703. Data dikonsultasikan dengan kriteria pengujian dengan α = 5%, n= 20 didapatkan nilai Ltabel = 0,1981. Ternyata nilai Lhitung kelas eksperimen < dari nilai Ltabel maka H0 diterima, dan pada kelas kontrol nilai Lhitung= 0,0954. Data dikonsultasikan dengan kriteria pengujian dengan α = 5%, n = 31 didapatkan nilai Ltabel = 0,1591. Ternyata diperoleh data dari nilai Lhitung kelas kontrol < dari nilai Ltabel maka H0 diterima, jadi kesimpulannya kedua kelas berdistribusi normal. Kemudian berdasarkan hasil perhitungan diperoleh varians gabungan (s2) = 125,14933 dan B = 102,774 sehingga didapatkan = 3,61 dan untuk ( = 5% dengan dk = 1 didapat = 3,84. Karena (3,61) <(3,84), sehingga jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama.
Pada analisis data uji-t untuk mengukur efektif perbandingan kelas kontrol dan kelas eksperimen didapat hipotesis penelitian thitung > ttabel yaitu 7,0315 > 1,8405 maka kesimpulannya adalah Prestasi belajar siswa yang menggunakan alat evaluasi SAT (Smartphone Assisted Test) lebih baik dari alat evaluasi konvensional pada materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII semester 2 SMP Negeri 1 Pecangaan 2014/2015. Efektifitas ini dikarenakan SAT memiliki kelebihan yaitu mampu membuat siswa lebih kosentrasi dalam mengerjakan soal, nyaman penggunaannya, serta praktis dan efisien, hal ini dapat dilihat pada angket respon siswa terhadap media mendapatkan rata-rata persentse 86% dimana dalam kategori yang sangat baik.
Selanjutnya pada analisis pemahaman siswa didasarkan pada hasil rekapan nilai konjungsi, nilai konjungsi ini digunakan dalam menghitung persentase pemahaman siswa dalam mengerjakan tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test). Berdasarkan data diatas bahwa persentase rata-rata pemahaman siswa mencapai 71% yang termasuk pada kategori baik.
Analisis persamaan regresi pada kelas eksperimen adalahdan kelas kontrol adalah . sehingga dari kedua kelas tersebut pemahaman siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, dapat dikatakan ketika pemahaman siswa bertambah maka akan berpengaruh semakin besarnya prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Sedangkan kontribusi pemahaman kelas eksperimen adalah dan kelas kotrol adalah . Dari hasil analisis diatas kontribusi pemahaman peserta didik terhadap prestasi belajarnya pada kelas eksperimen sebesar 3,689%, sisanya ditentukan oleh faktor lain. Sedangkan pada kelas kontrol sebesar 16,2697278%, sisanya ditentukan oleh faktor lain. Jadi dapat dilihat bahwa sehingga kedua kelas diatas terdapat perbedaan kontribusi pemahaman. Alat evaluasi konvensional mampu menunjukkan kontribusi pemahaman siswa lebih besar daripada kelas eksperimen karena alat evaluasi konvensional lebih mudah mengoreksi jawaban serta mengubah jawaban ketika ada kemungkinan kesalahan perhitungan atau pemilihan jawaban, sedangkan pada alat evaluasi SAT setelah jawaban dipilih tidak mampu diubah kembali.
Pada kriteria ketuntasan belajar individu, menurut uji rata-rata dengan uji-t pada hasil evaluasi kelas eksperimen memiliki rata-rata hasil belajar siswa pada tes diagnostik two tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) lebih dari 75. Sedangkan pada kelas kontrol memiliki rata-rata tes siswa pada tes diagnostik two tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) pada kelas kontrol kurang dari 75. Menurut ketuntasan belajar individu yang didasarkan pada nilai KKM 75, kelas eksperimen dari 20 siswa terdapat 18 siswa yang tuntas secara individu, sedangkan kelas kontrol dari 31 siswa terdapat 6 siswa yang tuntas secara individu
Pada kriteria ketuntasan Belajar Klasikal, menurut uji proporsi dengan uji z, pada hasil evaluasi kelas eksperimen memiliki persentase jumlah siswa yang telah tuntas melampaui 75%. Sedangkan pada kelas kontrol memiliki persentase jumlah siswa yang telah tuntas belum melampaui 75%. Sedangkan menurut ketuntasan belajar klasikal dari siswa kelompok eksperimen (menggunakan alat evaluasi SAT) jumlah siswa yang tuntas secara klasikal mencapai 90% dari 20 siswa dan pada kelas kontrol mencapai 19,35% dari 31 siswa.

Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, pengajuan hipotesis, analisis data penelitian dan pembahasan masalah maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hasil review ahli materi Alat Evaluasi berupa tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) materi Bangun Ruang Sisi Datar mendapat penilaian 77% dalam kriteria baik serta review ahli media pun menyambut sangat baik dalam persentase 94%. Dari beberapa angket yang diberikan oleh siswa dan guru yang menilai alat evaluasi ini didapatkan 86% dari siswa dalam kategori sangat baik dan 96% dari guru dalam kategori sangat baik. Inovasi selalu dikembangkan oleh peneliti demi kelayakan alat evaluasi ini. Oleh karena dari beberapa hasil review ahli materi, review ahli media, respon tanggapan siswa, dan respon tanggapan guru maka alat evaluasi berupa tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) telah melampaui kategori sangat baik sebagai alat evaluasi.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, Dari hasil penelitian uji t satu pihak menunjukan bahwa melalui uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu 7,0315 > 1,8405, yang berarti prestasi belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada prestasi belajar siswa kelas kontrol.
Keefektifan penggunaan alat evaluasi ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol, yaitu rata-rata nilai kelas eksperimen 83,13 dan rata-rata nilai kelas kontrol 60,73.
Pemahaman siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.
Ketuntasan belajar individu kelas eksperimen telah mencapai rata-rata nilai lebih dari 75 dengan 18 dari 20 siswa tuntas secara individu. Selanjutnya berdasarkan ketuntasan belajar klasikal persentase jumlah siswa yang tuntas secara klasikal pada kelas eksperimen telah melampaui 75% dengan persentase ketuntasan siswa mencapai 90% dari 20 siswa.
Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis, analisis data penelitian dan pembahasan masalah maka dapat disimpulkan bahwa Alat Evaluasi berupa tes diagnostik two-tier multiple choice melalui SAT (Smartphone Assisted Test) materi Bangun Ruang Sisi Datar kelas VIII SMP layak dan efektif untuk menjadi alat penilaian dalam proses evaluasi yang dapat mengukur persentase pemahaman siswa, dan pemahaman siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya.

Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

                                 . 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2. Jakarta : Bumi Aksara.

A. L. Chandrasegaran et al. 2007. “The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation”. Dalam Jurnal InternasionalThe Royal Society of Chemistry.Vol 8 No. 3 : 293-307. Australia : Curtin University of Technology.

Agus, Nuniek Avianti. 2007. Mudah Belajar Matematika 2: untuk kelas VIII Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2007.

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Solo : UNS press.

Firdaus, Oktri Mohammad. 2013. “Efektivitas Penggunaan Smart Phone dalam Mendukung Kegiatan Bisnis Pengusaha Muda di Kota Bandung Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM)”. Seminar Nasional IENACO ISSN: 2337-4349. Bandung : Universitas Widyatama Bandung.

Inteni , Komang Ayu Sri, dkk. 2013. “Pengembangan Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda Yang Diperluas Berbasis WEB Untuk Mata Pelajaran TIK Kelas XI SMAN Di Kabupaten Karangasem”. Jurnal vol 3 tahun 2013. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Nuharini, Dewi. Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya : untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Puspendik. 2014. Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Jakarta Pusat : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Dian Rakyat.

                               .2014. Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi: Implementasi Model ADDIE. Jakarta : Prenada Media Grup.

Rahaju, Endah Budi, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika: Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII Edisi 4. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional..

Sugiyono. 2010. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Sudibyo, Bambang. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 tahun 2006 tentang Ujian Nasional. Jakarta : Menteri Pendidikan Nasional.

Surya, Edi. 2013.“Analisis Pemetaan dan Pengembangan Model Pembelajaran Matematika SMA di Kabupaten Tapteng dan Kota Sibolga Sumatra Utara”. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA. Vol 6 No. 1 : 75-88. Indonesia : Universitas Negeri Medan.

Suwarto dan Afif Afghohani. 2011.“Pengembangan Tes Diagnostik dalam Program Komputer”. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara di Sukoharjo. Solo : Univet Bangun Nusantara.

Suwarto. 2012. “Pengembangan The Two-Tier Diagnostic Tests Pada Bidang Biologi”. Proceeding Seminar Nasional “Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Global”. Solo : Univet Bangun Nusantara.

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Shidiq, Ari Syahidul. 2014. “Pengembangan Instrumen Penilaian Two-Tier Multiple Choice untuk Mengukur Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan untuk Siswa Sma/Ma Kelas XI” dalam Jurnal Pendidikan Kimia.Vol 3 No. 4 :83-92. Solo : UNS pers.

Sutrisno, Eko. 2014. CAT BKN untuk Indonesia. Jakarta : Badan Kepegawaian Nasional.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Bandung.

Warisman, Nowo. 2014. “Pengembangan Alat Evaluasi Berbasis Wondershare Quizcreator Pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Peluang Kelas VII” dalam Skripsi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Semarang.

Jumat, 25 September 2015

contoh curriculum vitae (riwayat hidup)

Curriculum vitae

Nama : Muhammad Iqbal Syahputra
No KTP : 3320132904930001
Alamat : Jalan Gotri Desa Kriyan RT 09 RW 02 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara
Tempat, tanggal lahir : Jepara, 29 April 1993
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia
Disiplin ilmu : Pendidikan Matematika
No HP : 085786508659
Email : iqbal_xia3_24@yahoo.com
Status : belum kawin
Kepribadian : kerja keras, bertanggung jawab, dan teliti


Riwayat Pendidikan :
1. TK AT-TAQWA KRIYAN (1997-1999)
2. SD N 01 KRIYAN (1999-2005)
3. SMP N 1 PECANGAAN (2005-2008)
4. SMA N 1 PECANGAAN ( 2008-2011)
5. UNIVERSITAS PGRI SEMARANG (2011-2015)

Riwayat Organisasi Intra Kampus :
1. HIMA PENDIDIKAN MATEMATIKA UPGRIS (2011-2012)
2. BEM FPMIPA UPGRIS (2012-2013)
3. LEMBAGA KEUANGAN MAHASISWA UPGRIS (2013-2014)

Riwayat Organisasi Ekstra Kampus :
1. IKAHIMATIKA INDONESIA (2012-2014)
2. PEMUDA PANCASILA (2011-2014)
3. KARANG TARUNA (2014)

Riwayat Pengalaman Kerja :
1. Sekolah Menengah Kebangsaan Mutiara Rini Johor Bahru, Malaysia (2015)
2. SMK N 7 SEMARANG (2014)
3. RAFIQ PRODUCTION (2014)
4. MIS@rt Production (2015)

demikian riwayat hidup yang saya buat sebenar-benarnya, terimakasih

Jepara, 25 September 215
Hormat Saya,


Muhammad Iqbal Syahputra



Sabtu, 19 September 2015

Penampilan yang Dianjurkan untuk Dimiliki Guru, Mahasiswa, dan Pekerja

Mau penampilan semakin santun? Silahkan diorder nametag.nya sblm terjun ke sekolah sasaran baik PPL maupun magang atau mengajar sebagai guru atau mahasiswa agar penampilan semakin menarik dan terlihat santun sekaligus mudah dikenal oleh siswa, selain itu untuk kalian yang telah bekerja perusahaan atau kantor name tag ini bisa membuat kalian mudah dikenal oleh rekan kerja kalian... Semua desain sesuai keinginan kalian dibandrol dengan harga yang sama... @18000 (magnet), @12000 (peniti).. pembuatan kami jamin cpt 3 hari jadi...

NB : ada harga khusus untuk reseller.

Alamat kantor kami :
1. Jln. Gotri, desa Kriyan RT 09 RW 02 Kalinyamatan Jepara (lampu merah gotri,TOKO BUDI)
2. Jln. Pancakarya RT 07 RW 04 blok 19 Nomer 276 kota Semarang (belakang pasar burung KARIMATA)

anda dapat menghubungi (Muhammad Iqbal Syahputra) :
WhatsApp : +6289669641441. sms : 085686508659, pin BB : 7E53E08B kalau mau lihat2 gambar desain nametag chat aja ya...




Tampilan peniti dan magnet :


Terimakasih telah berkunjung ^_^ Semoga bermanfaat..




Minggu, 19 Juli 2015

cara mendaftarkan WHAFF reward sebagai aplikasi pemberi imbalan dollar

Berikut ini cara daftar whaff rewards di hp android :

1. Masuk ke Google Play, cari WHAFF rewards (ukuran 8-10 MB), sebelumnya catat kode ini BQ50225
2. Selanjutnya download aplikasi whaff dan Install di Android kamu.
3. Kemudian buka dan Masuk dengan FB (atas) dan masukan Code Invite : BQ50225 (harus masukin kode ini karena setelah masukin kode ini akan mendapatkan reward dolar)
4. Selesai

Setelah berhasil login silahkan lakukan like FP dari WHAFF dan beberapa aksi lainnya untuk mendapatkan uang

Apa yang anda dapatkan melalui WHAFF ?
Setelah anda bergabung anda harus melakukan beberapa aksi seperti menyukai halaman facebook whaff, mengikuti G+ Whaff, download aplikasi, menggunakan aplikasi, dan absen setiap hari. Untuk mendapat rewards lebih kamu lakukan aksi download di Premium Pick.

Untuk cara payout atau pembayarannya Whaff menggunakan banyak metode yaitu Xbox Live Gift, Playstasion@store Gift Card, Amazon Gift Cards, Google play Gift card, steam gift card, facebook gift card, iTune gift card dan Paypal. Kalau saya lebih suka menggunakan Paypal karena bisa dikirim ke Bank Indonesia.

MARI BUKTIKAN ^_^


Senin, 03 Desember 2012


PENDEKATAN INQUIRY DALAM PEMECAHAN MASALAH SEBAGAI UPAYA AKTUALISASI SISWA TERHADAP MASALAH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SPM
Dosen Pengampu : Lukman Harun, S.Pd., M.Pd.

 

Disusun oleh :
Kelompok 7
1.         Emma Rifka Aniza Susanto     [11310326]
2.         Muhammad Iqbal Syahputra    [11310328]
3.         Melina wulandari                      [11310338]
Kelas 3H







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PGRI SEMARANG
2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Pada saat kegiatan pembelajaran matematika berlangsung peserta didik seringkali mengalami kesulitan dalam menerapkan keterampilan yang mereka dapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata sehari-hari, hal ini dikarenakan  keterampilan yang diberikan dalam pembelajaran lebih banyak diterima dalam konteks sekolah dari pada konteks kehidupan nyata. Sementara itu  Semiawan dalam Wulandari (2002:1) menyatakan pendapatnya, meskipun para peserta didik mendapatkan nilai-nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu menerapkannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, maupun sikap ke dalam situasi lain.
Salah satu faktor penyebab yang mempengaruhi hal tersebut adalah berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan sekolah masih berjalan konvensional dan banyak di dominasi guru (teacher centered). Guru cenderung memindahkan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik sehingga konsep, prinsip dan aturan-aturan terkesan saling terisolasi dan kurang bermakna. Banyak pihak merasa tidak puas lagi dengan model pembelajaran konvensional.
Pendekatan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi, membantu peserta didik memproses pengetahuan yang telah dimiliki dan membantu peserta didik membangun sendiri pengetahuan tentang dunia sosial di sekelilingnya.
B.     RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dibuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah teoritis dari definisi pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah?
2.      Apa sajakah kelebihan dan kekurangan pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah?
3.      Apa sajakah langkah yang digunakan untuk pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah?
4.      Bagaimanakah penerapan metode pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah?
C.     PEMECAHAN MASALAH
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.      Menganalisis teoritis dari definisi pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah
2.      Menjelaskan kelebihan dan kekurangan pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah.
3.      Menjelaskan langkah yang digunakan dalam pembelajaran pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah.
4.      Menjelaskan penerapan metode pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Teoritis dari Definisi Pendekatan Inquiry dalam Pemecahan Masalah
1.      Definisi Pembelajaran pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah
Istilah Inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan istilah lain seperti Discovery, Problem solving dan Reflektif Thinking. Semua istilah ini sama dalam penerapannya yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara sistimatis, sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi memberi peluang kepada peserta didik untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah.
Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon keduanya merupakan hubungan antara dua arah, belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Menurut Boud dan Felleti (1997) dan Forgati (1997) strategi belajar berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada peserta didik dengan masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured melalui stimulus dalam belajar.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Pembelajaran dengan pendekatan pendekatan pemecahan masalah juga memberikan peluang bagi peserta didik untuk melibatkan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) yang dimiliki peserta didik. Keterlibatan kecerdasan majemuk dalam pemecahan masalah dapat menjadi wahana bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan majemuk beragam untuk melibatkan kemampuannya secara optimal dalam memecahkan masalah.
Pembelajaran dilaksanakan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Oleh karenanya, penilaian pembelajaran dilaksanakan secara nyata dan authentic assesment. O’Malley dan Pierce (1996) mendefinisikan authentic assesment sebagai bentuk penilaian di kelas yang mencerminkan proses belajar, hasil belajar, motivasi, dan sikap terhadap kegiatan pembelajaran yang relevan. Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan pelajar yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran.

2.    Teori Belajar Yang Mendukung pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah
Berikut ini adalah teori belajar yang mendukung pembelajaran pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah yaitu  teori kognitif, yang didalamnya terdapat teori:
1)      Teori Piaget
Pemanfaatan teori Piaget adalah guru memusatkan pada proses berpikir anak atau proses mental anak lebih utama daripada sekedar hasil. Peran aktif peserta didik dalam pembelajaran sangat penting untuk perkembangan intelektualnya.

2)      Teori Vygotsky
Pemanfaatan dari teori Vygotsky dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah guru membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar, kemudian menciptakan suasana kelas yang memungkinkan pertukaran ide yang terbuka dan memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan kepada siswa untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah.

3)      Teori belajar Ausubel
Dukungan penting teori belajar bermakna Ausubel adalah dalam hal menghubungkan pengetahuan yang sudah dipunyai siswa dengan masalah yang akan diselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah yang diberikan, siswa harus mampu menghubungkan pengetahuan yang ia miliki dengan permasalahan yang dihadapi. Bila pengetahuan atau konsep yang dimiliki peserta didik belum dapat digunakan untuk memecahkan masalah maka guru perlu membimbing peserta didik untuk menemukan konsep tersebut. Dengan demikian peserta didik akan mampu memecahkan masalah yang diajukan apabila ia cukup memiliki pengetahuan yang terkait dengan masalah itu sehingga pengetahuan baru yang didapatkan akan lebih bermakna.
4)      Teori Bruner
Kaitan pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah ini guru menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan daripada deduktif, dan peserta didik menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Guru yang menganut teori Bruner harus menjadikan peserta didik mampu mandiri. Guru mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri atau memecahkan masalah secara berkelompok, sehingga peserta didik akan mendapat keuntungan jika mereka dapat “melihat“ dan “melakukan” sesuatu daripada hanya sekedar mendengarkan ceramah.
teori belajar behevioristik berhubungan dengan pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah, karena pendekatan pemecahan masalah menyajikan suatu permasalahan yang nyata dilingkungan sekitar peserta didik secara otomatis mereka belajar matematika sekaligus belajar tentang lingkungan kehidupan sekitar sehingga akan mempengaruhi tingkah laku peserta didik dan menurut definisi teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia, sehingga pendekatan pemecahan masalah cocok untuk dipadukan dengan teori belajar behavioristik. Hal ini didukung oleh pendapat Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku.

B.   Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inquiry dalam Pemecahan Masalah
Beberapa kelebihan pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah adalah :
1.             Menumbuhkan situasi keakraban diantara peserta didik, karena diberi kesempatan untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu permasalahan
2.             Membiasakan berfikir sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis dan pemecahan masalah
3.             Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas pengalaman atau data yang diperoleh
4.             Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran
5.             Dapat menambah wawasan bagi peserta didik dan sumber belajar karena terjadi saling tukar pengalaman
6.             Peserta didik lebih memahami konsep matematika yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
7.             Melibatkan peserta didik secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.
8.             Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika, sebab masalah-masalah yang diselesaikan dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap matematika.
9.             Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan lebih dewasa.
10.         Memupuk sifat inquiry (meneliti) peserta didik
11.         konsep menjadi kuat
12.         Penemuan masalah dapat meningkatkan kreativitas.
Beberapa Kekurangan pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah :
1.             Jika tidak ada kesiapan dan kemampuan dari peserta didik untuk memecahkan permasalahan maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, juga kemungkinan akan terjadi pendominasian oleh beberapa orang peserta didik yang sudah biasa dalam hal mengemukakan pendapat
2.             Tidak dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran matematika. Hanya materi tertentu saja yang dapat diajarkan dengan pembelajaran berdasarkan masalah.
3.             Membutuhkan persiapan yang matang.
4.             Memakan waktu yang relatif lama, sehingga dapat berakibat materi pembelajaran kadang-kadang tidak tuntas penyelesaiannya.

C.  Langkah pada Pendekatan Inquiry dalam Pemecahan Masalah
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan Inquiry yaitu sebagaimana dikemukan oleh A.Trabani :
1.             Stimulation : Sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau memberi kesempatan kepada peserta didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan
2.             Problem Statement : peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
3.             Data Collection : Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai narasumber, uji coba sendiri dan sebagainya.
4.             Data Processing : Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5.             Verification : Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek terbukti atau tidak.
6.             Generalization : Berdasarkan hasil verifikasi maka peserta didik menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu.
Adapun langkah secara keseluruhan mulai dari perencanaan sampai evaluasi tentang penggunaan pendekatan Inquiry adalah sebagai berikut :
1.             Kegiatan pemberian dorongan : Kegiatan ini ditujukan untuk menarik perhatian peserta didik dan mengungkapkan hubungan bahan belajar yang akan dipelajari dengan bahan belajar yang sudah dikuasai atau dalam keseluruhan bahan belajar secara utuh
2.             Kegiatan penyampaian rencana program pembelajaran. Kegiatan ini ditujukan untuk mengungkapkan rencana program pembelajaran, termasuk prosedur pembelajaran yang harus diikuti oleh warga belajar
3.             Proses inquiry. Pelaksanaan pembelajaran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a.    Pengajuan permasalahan
b.    Pengajuan pertanyaan
c.    Pengumpulan data
d.   Penarikan kesimpulan
e.    Penarikan generalisasi
4.             Umpan balik. Kegiatan ini ditujukan untuk melihat respon peserta didik terhadap keseluruhan bahan belajar yang telah dipelajari
5.             Penilaian. Kegiatan penilaian dilakukan oleh sumber belajar baik secara lisan maupun tertulis dan atau penampilan.

D.  Penerapan Metode Pembelajaran Pendekatan Inquiry dalam Pemecahan Masalah
No
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
Menemukan masalah
Memberikan permasalahaan yang diangkat dari latar kehidupan sehari-hari siswa. Memberikan masalah yang bersifat tidak terdefinisikan.
Berusaha menemukan permasalahan dengan cara melakukan kajian dan analisis secara cermat terhadap masalah yang diberikan.
Memberikan sedikit fakta diseputar konteks permasalahan
Melakukan analisis terhadap fakta sebagai dasar dalam menemukan permasalahan.
2
Mendefinisikan masalah
Mendorong dan membimbing siswa untuk menggunakan kecerdasan intra personal dan kemampuan awal untuk memahami masalah
Dengan menggunakan kecerdasan interpersonal dan kemampuan awal siswa berusaha memahami  masalah.
Membimbing siswa secara bertahap untuk mendefinisikan suatu masalah-masalah yang diberikan
Berusaha mendefinisikan permasalahan.
3
Mengumpulkan fakta
Membimbing siswa untuk melakukan pengumpulan data
Melakukan pengumpulan fakta dengan menggunakan pengalaman-pengalaman yang sudah diperolehnya


Membimbing siswa untuk melakukan pencarian informasi dengan berbagai cara
Melakukan pencarian informasi dengan berbagai cara.
Membimbing siswa melakukan pengelolaan informasi
Melakukan pengelolaan informasi yang diperolehnya dengan berpatokan pada :
a.       Know
b.      Need to know
c.       Need to do
4
Menyusun hipotesis
Membimbing siswa untuk menyusun jawaban hipotesis/ dugaan sementara.
Membuat hubungan-hubungan antar berbagai fakta yang ada
Membimbing siswa untuk menggunakan kecerdasan majemuk dalam menyusun hipotesis
Menggunakan berbagai kecerdasan majemuk untuk menyusun hipotesis
Membimbing siswa untuk menyusun alternative jawaban sementara
Berusaha menyusun beberapa jawaban sementara.
5.
Melakukan penyelidikan
Membimbing siswa untuk Melakukan penyelidikan terhadap informasi yang sudah diperolehnya.
Melakukan penyelidikan terhadap informasi dan fakta yang sudah diperolehnya.
6.
Menyempurnakan permasalah yang didefinisikan
Membimbing siswa untuk Menyempurnakan permasalah yang didefinisikan
Melakukan Penyempurnaan masalah yang didefinisikan.
7.
Menyimpulkan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif
Membimbing siswa untuk menimpulkan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif
Menbuat kesimpulan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif
8.
Melakukan pengujian hasil pemecahan masalah
Membimbing siswa melakukan pengujian hasil pemecahan masalah
Melakukan pengujian hasil pemecahan masalah


BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Guru sebagai penyampai informasi tidak hanya memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Respon siswa merupakan salah satu indikator keefektifan suatu rancangan pembelajaran. Respon siswa dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula dilihat melalui partisipasi dalam suatu aktivitas dan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap obyek tersebut.
Pembelajaran berdasarkan masalah ditinjau dari aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan respon siswa memenuhi kriteria efektifitas. Akan tetapi hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar baik secara klasikal maupun ketuntasan tujuan pembelajaran. pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa terlibat aktif mengikuti pembelajaran, pembelajaran dengan pendekatan inquiry dalam pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifitasnya



DAFTAR PUSTAKA
·         Jin-Xing Hao, dkk. Predicting Problem-Solving Performance Using Concept Map. Journal international.
·         Margaret Avard. 2009.  Student-Centered Learning in an Earth Science, Preservice, Teacher-Education Course. Journal international.
·         Nuralam. 2009. Pemecahan masalah sebagai pendekatan dalam belajar matematika. Jurnal nasional.
·         Hartanto. 2011. MENGEMBANGKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI. Jurnal nasional.
·         http://www.slideshare.net/starainisa/penerapan-pendekatan-inkuiri (diakses : 20 november 2012).