MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(Problem-based Learning)
MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika
Dosen
Pengampu : Aryo Andri Nugroho, S.Pd, M.Pd.
Disusun
oleh :
Renita
Mulyani (11310318)
M.
Iqbal Syahputra (11310328)
Dian
HapsariGustifani (11310333)
Kelas
: 3H
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP
PGRI SEMARANG
2012
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pada
proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang
harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi
peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan
pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan
dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa
yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada
model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai
masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang
akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang
harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau
kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan
intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model
pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas
yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran
ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model
pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh,
artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan
berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui
masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif
sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada
apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses
pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran
berbasis masalah ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di
dalam Democracy and Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang
pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas
akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan
nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta didik dalam
berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai
masalah sosial dan intelektual penting.
B.
Perumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
pengertian Pembelajaran
Berbasis Masalah?
2. Bagaimanakah
ciri-ciri Pembelajaran
Berbasis Masalah?
3. Apa komponen-komponen yang mendukung
Pembelajaran Berbasis Masalah?
4. Bagaimanakah konsep dasar Pembelajaran
Berbasis Masalah?
5. Bagaimanakah
langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran Berbasis Masalah?
6. Bagaimanakah
penilaian serta evaluasi Pembelajaran
Berbasis Masalah?
7. Apa kelebihan serta kekurangan Pembelajaran
Berbasis Masalah?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian Pembelajaran
Berbasis Masalah.
2. Mengidentifikasi
ciri-ciri Pembelajaran
Berbasis Masalah.
3. Mengetahui fitur-fitur yang
mendukung Pembelajaran Berbasis Masalah.
4. Mengetahui
konsep dasar Pembelajaran Berbasis
Masalah.
5. Mengetahui
langkah-langkah serta sintaks (implementasi/pelaksanaan) dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.
6. Mengetahui
penilaian serta evaluasi Pembelajaran
Berbasis Masalah.
7. Mengidentifikasi kelebihan serta
kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah.
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal
sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan
kepada peserta
didik berupa bantuan dan
masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara
efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis,
serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa
Inggris Problem-based Learning adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk
menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based
learning / PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan
lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan
(bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan memungkinkan peserta
didik memperoleh pengalaman belajar yang
lebih realistik (nyata).
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta
didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula
dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan
permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator
(guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta
didik untuk mencari atau menentukan
sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal
ini, peserta
didik lebih diajak untuk membentuk suatu
pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning),
selanjutnya disingkat PBL, merupakan salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta
didik. PBL adalah suatu model
pembelajaran vang, melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalah
melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang
berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk
memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal,
pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang
dengan baik mulai dari penyiapan masalah yang yang sesuai dengan kurikulum yang
akan dikembangkan di kelas, memunculkan masalah dari peserta
didik, peralatan yang mungkin diperlukan,
dan penilaian yang digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus
mengembangkan diri melalui pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan
pelatihan atau pendidikan formal yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah
merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat
tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
B. Ciri-ciri
Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pertama, strategi pembelajaran
berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam
pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan,
mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi
pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah
menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa
masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan
dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan
menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses
berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya
berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris
artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C.
Komponen-Komponen
Pembelajaran Berbasis Masalah
Komponen-komponen pembelajaran berbasisi
masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya adalah :
a. Permasalahan
autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata
yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan yang
dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban
yang sederhana.
b. Fokus
interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan
belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c. Pengamatan
autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta didik
diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan
hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,
melaksanakan eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d. Produk.
Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa berupa
kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e. Kolaborasi.
Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan sosial.
D.
Konsep
Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah
pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah. Dalam
implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat
diterapkan dalam kelas jika :
a.
Guru bertujuan agar peserta didik tidak
hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan
memahaminya.
b.
Guru mengiginkan agar peserta didik
memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah.
c.
Guru menginginkan agar peserta didik
dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d.
Guru menginginkan agar peserta didik dapat
menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang
dihadapinya di luar kelas.
e.
Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta
dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara
objektif.
E.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah
John
Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam
pembelajaran berbasis masalah ini :
a. Merumuskan
masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan
dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan
masalah tersebut.
b. Menganalisis
masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang.
c. Merumuskan
hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan
sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
d. Mengumpulkan
data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah.
e. Pengujian
hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
f. Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi
yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan
kesimpulan.
Sedangkan menurut David Johnson &
Johnson memaparkan 5 langkah melalui kegiatan kelompok :
a. Mendefinisikan
masalah. Merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung konflik
hingga peserta didik jelas dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini guru
meminta pendapat peserta didik tentang masalah yang sedang dikaji.
b. Mendiagnosis
masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah.
c. Merumuskan
alternatif strategi. Menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui
diskusi kelas.
d. Menentukan
& menerapkan strategi pilihan. Pengambilan keputusan tentang strategi mana
yang dilakukan.
e. Melakukan
evaluasi. Baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil.
Secara
umum langkah-langkah model pembelajaran ini adalah :
a. Menyadari
Masalah. Dimulai dengan kesadaran akan masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan
yang harus dicapai peserta didik adalah peserta didik dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan sosial.
b. Merumuskan
Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi
tentang masalah dan berkaitan dengan data-data yang harus dikumpulkan.
Diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas masalah.
c. Merumuskan
Hipotesis. peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat dari masalah
yang ingin diselesaikan dan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian
masalah.
d. Mengumpulkan
Data. peserta didik didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan
yang diharapkan adalah peserta didik dapat mengumpulkan data dan memetakan
serta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga sudah dipahami.
e. Menguji
Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan membahas
untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
f. Menetukan
Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang dapat
terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
F.
Sintaks
Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
|
TingkahLaku guru
|
Tahap-1
Orientasi peserta didik pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
|
Tahap-2
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
|
Guru
membantupeserta
didikuntukmendefinisikandanmengorganisasitugasbelajar
yang berhubungandenganmasalahtersebut
|
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru
mendorongpeserta
didikuntukmengumpulkaninformasi
yang sesuai,
melaksanakaneksperimenuntukmendapatkanpenjelasandanpemecahanmasalah.
|
Tahap-4
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
|
Guru
membantupeserta
didikdalammerencanakandanmenyiapkankarya
yang sesuaisepertilaporan, video, dan model sertamembantumerekauntukberbagitugasdengantemannya.
|
Tahap-5
Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
|
Guru
membantupeserta
didikuntukmelakukanrefleksiatauevaluasiterhadappenyelidikanmerekadan
proses-proses yang merekagunakan.
|
G.
Penilaian
dan Evaluasi
Prosedur-prosedur penilaian harus
disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai dan hal yang paling
utama bagi guru adalah mendapatkan informasi penilaian yang reliabel dan valid.
Prosedur evaluasi pada model pembelajaran
berbasis masalah ini tidak hanya cukup dengan mengadakan tes tertulis saja,
tetapi juga dilakukan dalam bentuk checklist, reating scales, dan performance.
Untuk evaluasi dalam bentuk performance atau kemampuan ini dapat digunakan
untuk mengukur potensi peserta didik untuk mengatasi masalah maupun untuk
mengukur kerja kelompok. Evaluasi harus menghasilkan definisi tentang masalah
baru, mendiagnosanya, dan mulai lagi proses penyelesaian baru.
H.
Keunggulan
dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran
berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
- Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
- Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
- Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
- Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
- Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
- Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
- Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
- Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah
harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada
tahapan ini guru membimbing peserta didik pada kesadaran adanya kesenjangan
atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang
harus dicapai oleh peserta didik, pada tahapan ini adalah peserta
didik dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Disamping keunggulannya, model ini juga
mempunyai kelemahan, yaitu :
- Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
- Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
- Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
PENUTUP
A.
Simpulan
·
Pembelajaran
Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based Learning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan
baru untuk dapat menyelesaikannya.
·
Model pembelajaran berbasis masalah
adalah pembelajaran yang menekankan padaproses penyelesaian masalah
·
Pembelajaran
Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk
menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang
bertambah kompleks sekarang ini
DAFTAR PUSTAKA
Wirodikromo,S. 2006. Matematika JILID 1 untuk SMA kelas X. Jakarta : Erlangga.
Suryaningrat, Widodo, dkk. 2009. Bank Soal Matematika untuk SMA kelas X, XI,
dan XII. Bandung: M2S Bandung.
Akmar,
S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics Method
Course. Spring. Vol. 4, no. 2
Sudarman. 2007. Problem Based Learning :
Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan
Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan
Inovatif. Vol. 2 no. 2. PP. 68-73
Muhson, A. 2009. Peningkatan Minat
Belajar dan Pemahaman Mahasiswa Melalui Penerapan Problem-Based Learning. Jurnal Kependidikan. Vol. 39, No. 2. PP.
171-182.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem
Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori
Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 2 no. 1. PP.
74-86.
tlg komentarnya ya :)
BalasHapusalhamdulillah sangat membantu, syukran thanks
BalasHapussyukron, postingan yang cukup bermanfaat.
BalasHapussyukron,, Jazakallah khairan, bisa sebagai bahan referensi
BalasHapusJazakallah khairan
BalasHapusmas ijin downloud caranya gmn ya
BalasHapusIzin baca2 Ilmu ny ka..
BalasHapusHow do i win at betting sites in Florida - DRMCD
BalasHapusI won more 남원 출장안마 than 충청남도 출장안마 $12,000 익산 출장안마 and I can win $3,000 전주 출장샵 at the same time. and bettors who make at least $100+ to win money. 용인 출장안마